Kalipare - Malang Selatan.

Mengenal Kalipare Raya

Kalipare adalah sebuah kecamatan yang terletak di kabupaten Malang bagian selatan, tepatnya di sebelah selatan bendungan Sutami di Karangkates. Perjalanan dari kota Malang menuju Kalipare memerlukan waktu sekitar satu setengah jam dengan melewati Karangkates ke arah barat terus memutar ke selatan melewati jembatan belli terus ke arah selatan melewati hutan lindung yang sekarang sudah gundul dan di jadikan ladang untuk bercocok tanam oleh warga setempat  yang biasa disebut mbaon, lalu ke timur hingga menjumpai tanah lapang tepatnya persis di selatan bendungan Sutami yang biasa disebut Sakei, ini sudah masuk ke dalam wilayah kecamatan Kalipare.
Disebelah barat Sakei yang biasa disebut Kidul dam, biasanya dijadikan tempat untuk beristirahat dan bersantai untuk makan bakso dan minum kopi karena letaknya persis di selatan bendungan Sutami yang sejuk dan nyaman oleh para wisatawan domestik maupun warga Kalipare dan sekitarnya dan juga para pengendara motor yang sedang melintas di atas bendungan Sutami dari dan ke Kalipare atau ke pantai Ngliyep, sebuah tempat wisata di pantai selatan kabupaten Malang.

Untuk melanjutkan perjalanan dari sini ke Kalipare memerlukan waktu sekitar sepuluh menit dengan bergerak ke arah selatan hinggamenemukan perempatan yang biasa disebut Peteng, terus lurus ke arah timur melewati lapangan golf karangkates yang terletak di dusun Ngembul hingga sampai pertigaan yang biasa disebut Toplasan, kemudian belok ke arah utara dan sampailah di desa Kalipare yang merupakan ibukota dari kecamatan Kalipare dengan pasar Kalipare sebagai pintu masuk dari selatan.
Kecamatan Kalipare terdiri dari sembilanan desa, yaitu Arjosari, Arjowilangun, Kalipare, Kalirejo, Putukrejo, Sukowilangun, Sumberpetung Tumpakrejo dan tambah lagi Kaliasri yang merupakan pemekaran dari desa Tumpakrejo. Kedelapan desa tersebut sekarang sudah masuk kategori desa yang cukup maju karena sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti fasilitas kesehatan, tempat ibadah, fasilitas pendidikan yang maju, prasarana finansial seperti Bank Bri dan berbagai fasilitas lain yang terdapat di Kalipare setelah sebelumnya Kalipare termasuk kategori Kecamatan tertinggal di wilayah kabupaten Malang.

Keberadaan sekolah privat atau tempat kursus yang banyak dijumpai di sini sangat membantu para siswa maupun putra putri Kalipare untuk mendapatkan pendidikan tambahan dalam meningkatkan prestasi mereka hingga maksimal, seperti kursus komputer, bahasa inggris dan juga materi sekolah lainnya. Salah satu sekolah privat yang terkenal disini adalah Mahardika English Course yang melayani kursus komputer dan berbagai mata pelajaran di sekolah yang terletak di dusun Tawang Sukowilangun yang sebelumnya bertempat di kecamatan Sumberpucung. Di lengkapi dengan banyaknya sekolah yang berkualitas dan didukung oleh para guru yang handal mulai dari Play group hingga sekolah menengah atas yang terdapat wilayah Kalipare sangat memudahkan para generasi muda dalam mendapatkan pendidikan yang matang.

Kehadiran warnet yang tersebar dengan cepat di seluruh desa di kecamatan Kalipare membuat segenap kalangan masyarakat mudah sekali mengenal dan menguasai tehnologi informasi yang satu ini. Belum lagi pertokoan maju yang terdapat di setiap desa di sini sangat memudahkan warga untuk menemukan keperluannya sehari hari. Home industri yang paling terkenal di sini adalah pertukangan kayu jati dan sengon yang mampu memenuhi kebutuhan furniture kepada para konsumen yang tersebar di kota malang hingga surabaya.

Warga kalipare sangat gemar menanam kayu sengon di ladangnya karena pohon ini dinilai memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga bisa segera mendatangkan keuntungan jika dibandingkan dengan tanaman keras lainnya. Selain bertani sengon, warga Kalipare juga banyak yang bertani tebu seperti areal perkebunan tebu yang membentang luas di sepanjang jalan mulai dusun Kopral, Sukorejo yang biasa disebut Rekesan, Kaliasem hingga desa Kalipare, belum lagi perkebunan tebu di desa lainnya. Wilayah Kalipare terletak dilereng gunung Kendeng yang tergolong dataran tinggi sehingga pengairan dengan menggunakan sistem irigasi tidak mampu menjangkau areal pertanian disini yang mengakibatkan pertanian di sini sebagai pertanian lahan kering yang lazim disebut tadah udan.

Budidaya karamba ikan Mujaer.
Karamba ikan yang di sini lazim disebut kerambak adalah sebuah sistem pemeliharaan ikan di air tawar dengan menggunakan jaring terapung yang memanfaatkan air di bendungan Sutami dengan rancangan kontruksi tertentu sehingga mudah dikendalikan untuk mengikuti pasang surutnya air. Budidaya ikan dengan menggunakan karamba adalah salah satu mata pencaharian warga desa Sukowilangun dan warga desa Kalipare bagian utara yang berbatasan langsung dengan sungai brantas dalam mendatangkan penghasilan yang cukup bagus karena tidak memerlukan biaya yang terlalu besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang besar ketika selesai panen raya. Para petani  karamba di sini mulai menabur benih ikan selama dalam masa pemeliharaan tiga bulan, setelah itu mereka mulai memanen sedikit demi sedikit untuk melayani para pembeli yang datang dari berbagai desa sekitar. Setelah itu mereka akan melakukan panen raya dengan memanen semua ikan yang ada di dalam karambanya untuk dikirim keluar daerah yang disalurkan oleh para pedagang ikan yang datang dari berbagai daerah, selanjutnya para petani karamba mempersiapkan karambanya untuk ditaburi benih ikan berikutnya.

Selain ikan mujaer, para petani karamba di Kalipare juga memelihara ikan jenis lainnya seperti ikan lele, tombro, gurame, bandeng dan berbagai jenis ikan lainnya yang berfungsi sebagai lauk pauk. Produksi ikan karamba warga ini mampu menyuplai kebutuhan ikan para konsumen mulai dari kota Blitar, Malang hingga Surabaya. Selain mendatangkan keuntungan yang bagus bagi para petani karamba di sepanjang sungai brantas Karangkates, budidaya ikan sistem karamba ini juga mendatangkan keuntungan yang besar bagi para produsen dan pedagang pakan ternak karena mereka bisa meningkatkan produksinya dan bisa memastikan bahwa akan habis terjual kepada para petani karamba di sepanjang sungai brantas, bendungan Lahor dan Sengguruh.

Hanya saja pada saat tertentu air di sungai brantas yang sangat jernih dan mendatangkan banyak manfaat kepada semua pihak ini tercemar oleh tumpahan limbah yang sedang meluber dari sebuah pabrik di Malang sehingga menimbulkan bau menyengat yang mematikan semua komunitas air termasuk ikan yang ada di karamba, selain gangguan lainnya seperti eceng gondok yang tiba tiba datang bagaikan sampah raksasa yang terapung di atas air. Untuk mengantisipasi gangguan limbah ini, warga kalipare memilih cara berhenti yang artinya mereka tidak menabur benih ikan ketika diperkirakan akan terjadi tumpahan limbah yang sedang meluber dan hal ini sudah bisa diperkirakan karena biasanya ini terjadi pada saat permukaan air naik oleh kiriman air hujan yang mengalir deras dari berbagai sumber di sepanjang sungai brantas.

Desa Arjowilangun merupakan salah satu desa di kecamatan Kalipare yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Blitar yang bisa di akses dari perempatan Peteng belok ke arah barat untuk masuk ke desa Arjowilangun dari pintu sebelah timur. Wilayah desa  Arjowilangun terbagi atas lima dukuh dan tiga dusun bagian, yaitu Barisan, Panggang Lele, Lotekol, Lodalem, Duren, Bonsari, Dong Dampar dan Bengkok. Arjowilangun merupakan desa termaju dan termoderen di antara desa – desa lainnya di kecamatan Kalipare. Desa ini penyumbang Tenaga Kerja Indonesia luar negeri terbesar di kecamatan Kalipare sebagai pahlawan devisa negara. Pusat perekonomian desa Arjowilangun berada di dusun Lodalem dan dusun Panggang Lele karena kedua dusun tersebut adalah pusat pasar di Arjowilangun dan Barisan sebagai ibukotanya dengan di penuhi banyak pertokoan yang maju. 

Desa Arjowilangun juga menyimpan beberapa peninggalan sejarah seperti keris, tongkat, pecut atau cambuk dan masih banyak yang lainnya, yang kini di simpan di padepokan atau sanggar Eyang Demang Merthowijoyo yang berada di dukuh Panggang Lele. Desa ini juga merupakan salah satu desa yang setiap tahunnya selalu mengadakan suatu festival atau upacara adat tahunan yang unik dan menarik yang biasa disebut Bersihdeso yang bertujuan untuk memperingati para leluhur pendiri desa Arjowilangun, yang babad alas Arjowilangun. Biasanya acara ini diadakan hari jumat pahing bulan Selo tahun Jawa atau Dzulhijjah tahun islam. Acara ini dimulai dengan acara napak tilas untuk mengenang jejak para leluhur, marathon dan arak – arakan mbah Leang Leong. Selain itu juga ada hiburan orkes melayu, parade band, kuda lumping, pasar murah dan masih banyak lagi yang lainnya.

Desa sukowilangun adalah salah satu desa di kecamatan Kalipare yang berbatasan langsung dengan bendungan Sutami di Karangkates dan terbagi menjadi empat dukuh, yaitu Kampung Baru, Tawang, Kopral dan Sukorejo atau Rekesan. Bumi perkemahan Karangkates terletak di desa Sukowilangun tepatnya di dukuh tawang bagian utara. 

Pada tahun 1978 desa Sukowilangun pernah menjadi tuan rumah pada acara Jambore Nasional atau Perkemahan Nasional selama lebih dari satu bulan, tepatnya di selatan bendungan Sutami yang di ikuti oleh seluruh pelajar pramuka serta segenap organisasi kepanduan dari seluruh Indonesia dan dihadiri oleh Presiden Soeharto pada waktu itu. Presiden Soeharto menanam sebuah pohon di sini sebagai tanda peresmian bendungan Sutami dan pada tahun berikutnya di sebelah timurnya yang biasa disebut Sakei dibangun monumen Tunas Kelapa oleh petugas kepanduan dari pemerintah sebagai lambang Bumi Perkemahan. Di dukuh Tawang bagian utara sering diselenggarakan lomba motorcross atau balap motor tingkat nasional karena memiliki arena balap motor yang bagus karena letaknya berada di pinggir sungai brantas. 

Tapi sayang semenjak memasuki era reformasi, Sirkuit itu sekarang sudah tidak terurus lagi dan sudah berubah menjadi lahan bercocok tanam yang disebut mbaon serta ditanami pohon jati dan sengon yang masih kecil – kecil. Di dukuh Tawang terdapat dua Sekolah Dasar yaitu SDN Sukowilangun 03 dan Madrasah Ibtidaiyah Sukowilangun dan sebuah Sekolah Menengah Pertama yaitu MTs Bahrul Huda Sukowilangun yang merupakan sekolah maju di wilayah kecamatan Kalipare. Kantor Balai Desa Sukowilangun terletak di dukuh Tawang, tepatnya di pinggir sungai brantas perbatasan antara dukuh Tawang dengan dukuh Kopral.

Desa Sukowilangun memiliki lapangan sepak bola terbaik di seluruh kecamatan Kalipare yang berada di dukuh Kampung Baru dan di sini terdapat bangunan sekolah SMP PGRI 2 Kalipare yang berdiri sejak 1 Juli 1983 dan selama lebih dari 27 tahun telah mencetak ribuan siswa berprestasi dari berbagai desa sekitar hingga dari luar kecamatan Kalipare yang sekarang tersebar di seluruh penjuru dunia. Dukuh Kampung Baru memiliki tata letak perkampungan yang paling bagus dan rapi di antara dukuh lainnya di desa Sukowilangun karena tempat ini sengaja dibangun oleh pemerintah untuk perkampungan para warga yang rumahnya tergusur ketika pembangunan waduk Sutami di Karangkates.

Di dukuh Kopral terdapat home industri kerajinan yang memproduksi kompor bahan bakar minyak tanah terbesar di kecamatan Kalipare, tapi semenjak adanya bantuan kompor gas gratis dari pemerintah kepada seluruh warga akhirnya produksi kompor di sini langsung menurun secara perlahan lahan. Warga dukuh kopral memiliki semangat gotong royong yang kuat dalam hal pembangunan di desanya, sehingga apabila di sini ada warga yang sedang membangun rumah, perbaikan jalan dan kegiatan lainnya akan terselesaikan dengan cepat oleh para sukarelawan yang datang. 
Pos Puskesmas desa Sukowilangun terletak di dukuh Kopral, tepatnya di pertigaan dukuh Kopral bagian utara dan 300 meter ke arah timur terdapat Sekolah Dasar tertua di desa Sukowilangun, yaitu SDN Sukowilangun 01 yang berdiri sejak tahun 1941 sebelum masa pendudukan Jepang dan telah meluluskan ribuan siswa hingga sekarang.

Dukuh Sukorejo atau Rekesan berada di sebelah timur dukuh Kopral. Untuk akses ke Sukorejo dari jalan raya Kopral menuju ke arah selatan belok ke timur kemudian jalan menurun melewati jembatan kecil sungai sungai brantas terus jalan mendaki dan belok kanan menjumpai petigaan terus belok ke arah timur akan sampai di dukuh Sukorejo. Pertigaan ini adalah satu satunya jalan keluar dan masuk ke dukuh Sukorejo yang juga bisa di akses dari arah selatan, yaitu dari Kecamatan kalipare menuju arah utara ada pertigaan belok ke arah barat melewati dukuh Kaliasem, akan sampai ke pertigaan di pintu masuk dukuh Sukorejo juga. Mata pencaharian penduduk dukuh Sukorejo mayoritas sebagai petani karamba dan juga nelayan, selain itu mereka juga merupakan petani tebu yang handal dengan perkebunan tebu yang membentang luas mulai dari dukuh sukorejo hingga perbatasan dengan dukuh Kaliasem di desa Kalipare.

Next Post Previous Post
1 Comments
  • The Great Mbah Dukun
    The Great Mbah Dukun 25 Oktober 2011 pukul 12.55

    wah ane sering lewat karangkates, tp kagak lewat kalipare

Add Comment
comment url