Batu Kerik.
Memahami Kerajinan Batu Kerik |
Awalnya sekitar tahun 90-an, Dino bersama rekannya mengenal tehnik kerajinan Batu Kerik dari Jawa Barat. Ketika itu belum bernama Batu Kerik, hanya kerajinan batu. Lalu Dino mengembangkannya di Jawa Tengah, dan sekitar tahun 2003 kerajinan batu ini dinamakan Batu Kerik.
Perbedaan kerajinan Batu Kerik dengan kerajinan batu lain, kata Dino, terletak pada alatnya dan juga ukuran batunya yang tidak lebih dari 25 cm kubik. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan batu kerik antara lain cutter, peniti atau jarum, batu asahan, dan obeng kecil. Tidak ada pahat, palu atau bahkan mesin grinda seperti kerajinan batu pada umumya.
"Batu kali atau koral merupakan bahan dasar kerajian Batu Kerik. Beruntung di beberapa daerah Jawa Tengah rata-rata batunya empuk jadi lebih mudah membuatnya," jelas Dino. Dari kerajinan Batu Kerik ini Dino mampu menghasilkan berbagai jenis karya seni seperti hiasan, gantungan kunci, huruf inisial, ukiran nama, patung potret diri, bandul kalung, miniatur, dan lainnya. Karyanya kebanyakan hasil pesanan. Belum lama ini Dino mendapat order untuk membuat lebih dari seratus buah souvenir pernikahan.
Dalam menciptakan karya dari Batu Kerik, menurut pria kelahiran tahun 1971 ini, pengrajinnya harus bekerja dengan hati-hati dan teliti, karena batu yang akan dibentuk tergolong kecil dan hanya mengandalkan cutter untuk 'mengerik' layaknya pahat. "Tak jarang ketika mengerjakan batu kerik ini kita tidak saling bicara padahal dalam satu ruangan, mungkin terlalu serius," kenang Dino.
Untuk mengerik bentuk yang kecil dan rumit dipergunakan juga jarum atau peniti, dan untuk menghaluskan batu yang telah dibentuk menggunakan batu asahan bukan dengan amplas dan untuk membersihkan debunya dengan sikat. Biasanya dalam membuat suatu bentuk bisa menghabiskan 1-2 batang cutter dan masa pembuatannya paling lama bisa sampai 3 minggu, tergantung besar kecilnya atau tinqkat kerumitannya.
Untuk memasarkan kerajinan Batu Kerik ini Dino dan rekannya menyewa kios di Mal UKM Smesco, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sebelumnya hanya memiliki workshop art di Cilandak, Jakarta Selatan. Saat ini Dino mampu memproduksi rata-rata kurang dari 100 buah Batu Kerik perminggu. "Hanya saat ini saya harus gencar melakukan promosi tentang keberadaan kerajinan Batu Kerik agar masyarakat lebih mengenal lagi," papar Dino.
Sumber Liburan Info