Mengenal Bromo
Mengenal Bromo
Mengeral Bromo tentunya tidak akan pernah lepas dari Kaldera
Tengger. Kaldera Tengger ini memiliki panorama yang sangat menarik,
karena tidak hanya bentang alam vulkanik yang hanya bentuk kerucut saja
yang terlihat, didalam kaldera ini ada bermacam-macam bentang alam yg
sangat indah.
Kaldera Tengger
Salah satu keuninkan dari Gunung Bromo adalah adanya Kaldera Tengger. Kaldera Tengger berukuran lebar sekitar 16-km terletak di ujung utara sebuah gunungapi massif yang membentang dari gunung Semeru. Kompleks vulkanik Tengger diperkirakan mengalami aktifitas besar-besaran sekitar 820.000 tahun yang lalu. Gunung ini terdiri dari lima stratovolcanoes yang saling tumpang tindih, masing-masing dipotong oleh sebuah kaldera. kubah lava, kerucut piroklastik, dan maar yang menduduki sisi-sisi massif tersebut.
Kaldera Ngadisari yang berada pada ujung
Timurlaut dari kompleks ini terbentuk sekitar 150.000 tahun yang lalu
dan kini telah mengering karena diperkirakan airnya mengalir melalui
Lembah Sapikerep. Yang paling menarik dari kaldera Tengger adalah
adanya “lautan pasir” seluas 9 x 10 km yang
terletak pada ujung Barat daya dari kompleks ini. Komplek ini
diperkirakan terbentuk secara bertahap selama Pleistosen akhir dan
Holosen awal, atau sekitar 2 juta tahun lalu. Sebuah cluster tumpang
tindih kerucut pasca kaldera dibangun di lantai kaldera lautan pasir
dalam beberapa ribu tahun terakhir.
Dalam peta jadul Kaldera Tengger digambarkan seperti dibawah ini
Bromo adalah gunungapi tipe cinder cone, gunungapi yang terutama
dibentuk oleh litifikasi abu gunungapi, yang berada di dalam kaldera
Tengger. Kaldera Tengger berukuran hampir 100 km2, dasarnya tertutup
oleh endapan pasir lepas hasil erupsi. Dari kaldera ini muncul lima
gunungapi : Bromo, Widodaren, Kursi, Giri, Batok – tetapi yang aktif
hanya Bromo. Di dekat Kaldera Tengger ada gunungapi lain, yaitu Semeru.
Catatan pertamanya sudah sejak 1775. Sampai sekarang, sudah tercatat
sekitar 50 x letusan. Umumnya tipe letusannya Strombolian. Letusan
Bromo bersifat ledakan dengan melontarkan bom gunungapi, lapili, pasir,
dan abu yang umumnya hanya mempengaruhi sekitar puncak saja.
Dalam
sejarahnya, Bromo belum pernah tercatat mengalirkan lava. Abu
letusannya kadang2 merusak perkebunan di sekitarnya, seperti pada tahun
1915 dan 1948. Sejak 1989, Gunung
Bromo telah dipantau secara terus-menerus dari pos pengamatan
Cemorolawang di pinggir kaldera Tengger. Seismisitas Gunung Bromo
umumnya disebabkan gempa volkanik dangkal, gempa tektonik, pengeluaran
gas, serta beberapa gempa dari letusan Semeru.
Anak bungsu dari kompleks ini adalah Bromo, salah satu gunung berapi yang paling aktif di Jawa dan paling sering dikunjungi.
Erupsi gunung Bromo tercatat pada : 1804, 1815, 1820, 1822, 1825,
1829, 1830, 1835, 1842, 1843, 1844, 1856, 1857, 1858, 1858, 1859, 1860,
1865, 1865, 1866, 1867-68, 1877, 1885, 1885-86, 1886, 1886-87, 1888(?),
1890, 1893, 1896, 1906-07, 1907, 1907-08, 1909, 1910, 1915-16, 1921,
1922, 1928, 1930, 1935, 1939, 1940, 1948, 1950, 1955, 1956, 1972, 1980,
1983(?), 1983, 1984, 1995 (March-May), 1995 (Sep-Dec), 2000 (Nov)-20001
(Jan), 2004 (June).
Gunung Bromo yang berada dalam kaldera Tengger ini termasuk gunung
yang sangat aktif. Erupsi yang terrekam sejak 1800 ini memiliki jeda
antara 16 hingga setahun 2 kali.
Sejarah Letusan
Berdasarkan catatan sejarah, letusan atau peningkatan kegiatan vulkanik Gunungapi Bromo mulai tercatat sejak tahun 1804, erupsinya dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (contoh : 12 – 14 Juni 1860) tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus.
Daur erupsi Gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.
Lebih lengkap simak rovicky.wordpress.com