Masjid Raya Baiturrahman
SEJARAH MESJID RAYA BAITURRAHMAN BANDA ACEH
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, merupakan Masjid yang memiliki
lembaran sejarah tersendiri, yang kini merupakan Masjid Negara yang
berada di jantung kota Propinsi Nanggro Aceh Darussalam. Nama Masjid
Raya Baiturrahman ini berasal dari nama Masjid Raya yang dibangun oleh
Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M.
Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala
Negeri sekitar Banda Aceh. Dimana disimpulakan bahwa pengaruh Masjid
sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji
tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku Gubernur
Militer Aceh pada waktu itu.
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, merupakan Masjid yang memiliki
lembaran sejarah tersendiri, yang kini merupakan Masjid Negara yang
berada di jantung kota Propinsi Nanggro Aceh Darussalam. Nama Masjid
Raya Baiturrahman ini berasal dari nama Masjid Raya yang dibangun oleh
Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M.
Masjid Raya ini memang pertama kali dibangun oleh pemerintahan Sultan Iskandar Muda, namun
telah terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua
pada bulan shafar 1290/April 1873 M, dimana dalam peristiwa tersebut
tewas Mayjen Khohler yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada
sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang/geulumpang dekat pintu
masuk sebelah utara mesjid.
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan
shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van
Sweiten, maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun
kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu.
telah terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua
pada bulan shafar 1290/April 1873 M, dimana dalam peristiwa tersebut
tewas Mayjen Khohler yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada
sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang/geulumpang dekat pintu
masuk sebelah utara mesjid.
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan
shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van
Sweiten, maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun
kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu.
Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala
Negeri sekitar Banda Aceh. Dimana disimpulakan bahwa pengaruh Masjid
sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji
tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku Gubernur
Militer Aceh pada waktu itu.
Dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296
H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku
Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya Baiturrahman ini siap dibangun kembali
pada tahun 1299 Hijriyah bersamaan dengan kubahnya hanya sebuah saja.
Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman ini diperluas bahagian kanan dan
kirinya dengan tambahan dua kubah. Dan pada tahun 1975 M terjadinya
perluasan kembali. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah
menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid
Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam
tahun 1967 M.
Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh,
Masjid Raya diperindah dengan pelataran, pemasangan klinkers di atas
jalan-jalan dalam pekarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan
tempat wudhuk dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu
chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayt Al-Qur’an dari bahan kuningan,
bagian kubah serta intalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.
Dan pada tahun 1991 M, dimasa Gubernur Ibrahim Hasan terjadi perluasan
kembali yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu
sendiri. Bagian masjid yang diperluas,meliputi penambahan dua kubah,
bagian lantai masjid tempat shalat, ruang perpustakaan, ruang tamu,
ruang perkantoran, aula dan ruang tempat wudhuk, dan 6 lokal sekolah.
Sedangkan. perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta
satu buah menara utama dan dua buah minaret.
Dilihat dari sejarah, Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai yang tinggi
bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang
masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh. Mesjid Raya ini
mempunyai berbagai fungsi selain shalat, yaitu tempat mengadakan
pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Besar
Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, Musabaqah Tilawatil Qur’an (yang
baru selesai MTQ Telkom-Telkomsel Nasional), tempat berteduh bagi warga
kota serta para pendatang, salah satu obyek wisata Islami.
Waktu gempa dan tsunami (26 Desember 2004) yang menghancurkan sebagian Aceh,
mesjid ini selamat tanpa kerusakan yang berarti dan banyak warga kota
yang selamat di sini. Kawasan/lingkungan mesjid ini juga dijadikan
kawasan syariat Islam, jadi sebaiknya kita jaga dan jangan dikotori
oleh perbuatan-perbuatan yang melecehkan mesjid serta melanggar syariat
Islam.
Selengkapnya di : badrudin69.wordpress.com
H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku
Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya Baiturrahman ini siap dibangun kembali
pada tahun 1299 Hijriyah bersamaan dengan kubahnya hanya sebuah saja.
Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman ini diperluas bahagian kanan dan
kirinya dengan tambahan dua kubah. Dan pada tahun 1975 M terjadinya
perluasan kembali. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah
menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid
Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam
tahun 1967 M.
Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh,
Masjid Raya diperindah dengan pelataran, pemasangan klinkers di atas
jalan-jalan dalam pekarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan
tempat wudhuk dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu
chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayt Al-Qur’an dari bahan kuningan,
bagian kubah serta intalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.
Dan pada tahun 1991 M, dimasa Gubernur Ibrahim Hasan terjadi perluasan
kembali yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu
sendiri. Bagian masjid yang diperluas,meliputi penambahan dua kubah,
bagian lantai masjid tempat shalat, ruang perpustakaan, ruang tamu,
ruang perkantoran, aula dan ruang tempat wudhuk, dan 6 lokal sekolah.
Sedangkan. perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta
satu buah menara utama dan dua buah minaret.
Dilihat dari sejarah, Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai yang tinggi
bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang
masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh. Mesjid Raya ini
mempunyai berbagai fungsi selain shalat, yaitu tempat mengadakan
pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Besar
Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, Musabaqah Tilawatil Qur’an (yang
baru selesai MTQ Telkom-Telkomsel Nasional), tempat berteduh bagi warga
kota serta para pendatang, salah satu obyek wisata Islami.
Waktu gempa dan tsunami (26 Desember 2004) yang menghancurkan sebagian Aceh,
mesjid ini selamat tanpa kerusakan yang berarti dan banyak warga kota
yang selamat di sini. Kawasan/lingkungan mesjid ini juga dijadikan
kawasan syariat Islam, jadi sebaiknya kita jaga dan jangan dikotori
oleh perbuatan-perbuatan yang melecehkan mesjid serta melanggar syariat
Islam.
Selengkapnya di : badrudin69.wordpress.com